2 Cara Menghitung Modal Awal Usaha Makanan Paling Akurat

Trikves.com – Mendirikan bisnis dalam bidang kuliner akan lebih efektif jika anda mengetahui cara menghitung modal awal usaha makanan secara akurat. Tentunya hal tersebut juga mampu mendatangkan margin keuntungan yang besar.

Besaran modal memang seringkali menjadi kendala dalam mendirikan sebuah Bisnis kuliner. Hal tersebut terjadi lantaran kurangnya pemahaman tentang cara menghitung modal awal usaha makanan.

Dalam cara menghitung modal awal usaha makanan, terdapat beberapa aspek yang harus anda rinci. Misalnya saja peralatan, bahan pembuatan produk, dan lain sebagainya.

Agar bisa memberikan anda gambaran tentang cara menghitung modal awal usaha makanan, maka pada kesempatan kali ini akan kami jabarkan secara lengkap.

Cara Menghitung Modal Awal Usaha Makanan Terakurat

Modal merupakan harta benda yang bisa anda gunakan untuk memulai sebuah usaha dan investasi. Setidaknya hal tersebut perlu dipertimbangkan besarannya agar usaha dapat berjalan dengan lancar.

Dalam usaha makanan, terdapat 2 hal yang harus anda perhitungkan sebagai modal awal. Berikut adalah cara perhitungannya yang bisa anda gunakan.

1. Cara Menghitung Modal Awal Usaha Makanan Metode Sederhana

Untuk melakukan sebuah perhitungan sederhana, setidaknya terdapat dua jenis modal awal yang harus anda ketahui, yaitu Capital Expenditure dan Operating Expenditure. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis modal awal.

a. Capital Expenditure (Capex)

Capital Expenditure merupakan besaran modal yang dipersiapkan dalam penyediaan peralatan atau aset tetap pendukung usaha. Modal tersebut juga digunakan dalam perawatan dan perbaikan peralatan yang digunakan.

Peralatan merupakan benda-benda yang tidak habis jika digunakan secara terus menerus, tetapi bisa berkurang kualitasnya. Dalam usaha kuliner yang termasuk kedalam peralatan adalah panci, kompor, piring, dan perabot lainnya.

Dalam Capex terdapat istilah depresiasi atau penurunan kualitas dari sebuah peralatan. Hal tersebut terjadi lantaran penggunaan dari peralatan secara terus menerus dari waktu ke waktu.

Adanya depresiasi tentunya membuat anda harus mempersiapkan dana untuk melakukan perawatan dan perbaikan. Maka dari itu Capital Expenditure penting untuk dipertimbangkan.

b. Operating Expenditure (Opex)

Operating Expenditure merupakan besaran modal yang harus dipersiapkan dalam penyediaan perlengkapan dan elemen pembuatan produk. Jadi bisa dikatakan modal yang satu ini digunakan untuk menyediakan bahan baku.

Dalam usaha kuliner, yang termasuk kedalam Opex adalah bahan baku, gas, listrik, gaji karyawan dan segala hal yang bisa habis saat dipakai. Tentunya modal tersebut digunakan untuk kelangsungan kegiatan operasional.

Dari dua jenis modal di atas, maka dapat terdapat perhitungan sederhana dalam menentukan modal awal. Rumus tersebut adalah sebagai berikut.

Modal Awal = Capital Expenditure + Operating Expenditure

Tentunya hal tersebut terlihat sangat mudah. Anda hanya perlu merinci semua hal yang dibutuhkan dalam usaha makanan tersebut kemudian menggolongkannya berdasarkan jenis modal.

2. Cara Menghitung Modal Awal Usaha Makanan Metode Lanjutan

Pada metode lanjutan, kita akan menghitung efektivitas penggunaan biaya produksi. Dalam perhitungan ini, terdapat istilah yang dinamakan Food Cost.

Food Cost merupakan seluruh total biaya yang digunakan dalam membuat produk makanan hingga siap untuk dijual kepada konsumen per satu porsinya.

Food Cost akan disajikan dalam bentuk persentase yang biasa digunakan dalam mengukur tingkat keuntungan dalam setiap produk. Jadi bisa dikatakan Food Cost merupakan indikator tingkat keuntungan.

Besaran Food Cost dalam setiap produk makanan adalah 20% – 35%. Jika angka yang dihasilkan kurang atau lebih dari angka tersebut, maka ada kemungkinan kegiatan produksi anda bermasalah.

Food Cost umumnya dibagi menjadi dua, yaitu Food Cost Ideal dan juga Food Cost Aktual. Masing-masing punya peran yang berbeda, berikut adalah penjelasannya.

a. Food Cost Ideal

Food Cost ideal merupakan sebuah perhitungan yang dilakukan dalam tahap awal pembuatan produk. Persentase yang keluar dalam jenis Food Cost ini digunakan sebagai Prediksi dan belum terjadi .

Ada sebuah rumus yang bisa anda gunakan dalam menghitung Food Cost Ideal. Berikut adalah penjabarannya.

(Modal / Harga Jual) x 100% = Food Cost

Agar bisa memberikan anda sebuah gambaran, mak akan kami berikan sebuah contoh kasus. Misalnya saja Salma menjual satu porsi nasi goreng.

Dalam satu porsi nasi goreng, terdapat modal sebesar Rp 9.000,00 yang harus dikeluarkan. Salma ingin menjual nasi goreng tersebut seharga Rp 28.000,00. Maka berapa persentase Food Cost Ideal-nya?

Food Cost

  • (Modal / Harga Jual) x 100%
  • (Rp 9.000,00 / Rp 28.000,00) x 100%
  • 0,32 x 100% = 32%

Persentase dari Food Cost Ideal pada nasi goreng milik Salma terbilang aman. Jadi bisa disimpulkan bahwa perencanaan produksi nasi goreng yang dilakukan Salma cukup bagus.

b. Food Cost Aktual

Food Cost Aktual merupakan persentase yang merupakan hasil dari penerapan Food Cost Ideal. Bisa dikatakan bahwa Food Cost Ideal adalah idenya, sedangkan Food Cost Aktual adalah realisasinya di lapangan.

Food Cost aktual persentasenya biasanya lebih besar dari Food Cost Ideal. Namun selama angkanya berada di kisaran 20% – 35%, maka masih terbilang bagus.

Untuk menghitung Food Cost Aktual, anda terlebih dahulu anda harus mengetahui HPP (Harga Pokok Penjualan). Anda bisa menggunakan rumus berikut dalam menghitung HPP.

Persediaan Awal + Pembelian – Persediaan Akhir = HPP

Agar bisa memberikan anda gambaran terkait dengan HPP tersebut, maka akan kami berikan sebuah contoh kasus lanjutan milik Salma sebelumnya.

Dalam berjualan nasi goreng, Salma memiliki persediaan awal nasi goreng sebanyak 25 porsi. Untuk 7 hari kedepan, maka Salma sudah membeli bahan baku untuk membuat 200 porsi.

Setelah dilakukan perhitungan, ternyata terdapat persediaan akhir sejumlah 5 porsi. Berdasarkan hal tersebut, maka berapa HPP Salma?

Persediaan Awal

  • 25 porsi x Rp 9.000,00 = Rp 225.000,00

Pembelian

  • 200 porsi x Rp 9.000,00 = Rp 1.800.000,00

Persediaan Akhir

  • 5 Porsi x Rp 9.000,00 = Rp 45.000

HPP

  • Persediaan Awal + Pembelian – Persediaan Akhir
  • Rp 225.000,00 + Rp 1.800.000,00 – Rp 45.000,00 = Rp 1.980.000,00

Setelah mengetahui jumlah HPP, barulah anda bisa menghitung Food Cost Aktual. Anda bisa menggunakan rumus berikut.

(HPP / Total Nilai yang Terjual) x 100% = Food Cost Aktual

Untuk memberikan anda gambaran, mari kita lanjutkan kasus yang dimiliki Salma. Dalam usahanya sudah diketahui bahwa HPP milik usaha tersebut adalah Rp 1.980.000,00.

Diketahui Salma berhasil menjual nasi goreng sejumlah 210 porsi dengan harga Rp 28.000,00 per satu porsinya. Maka berapa persentase Food Cost Aktual miliki Salma?

Total Nilai yang Terjual

  • 210 porsi x Rp 28.000,00 = Rp 5.880.000,00

Food Cost Aktual

  • (HPP / Total Nilai yang Terjual) x 100%
  • (Rp 1.980.000,00 / Rp 5.880.000,00) x 100%
  • 0,33 x 100% = 33%

Jadi dalam menjalani usaha nasi gorengnya, Salma memiliki persentase Food Cost Aktual sebesar 33%. Hal tersebut menandakan efektivitas penggunaan biaya produksi yang dilakukan Salma cukup bagus.

Kesimpulan

Ternyata memahami cara menghitung modal awal usaha makanan membutuhkan kesabaran dan juga ketelitian. Namun dengan menguasai beberapa cara tersebut, maka anda bisa mendapatkan keuntungan yang besar.